Sabtu, 19 Oktober 2013

Perbedaan Karakter dan Profesi antara Lelaki dan Perempuan



Perbedaan Karakter dan Profesi antara Lelaki dan Perempuan

Melly Tan berpendapat bahwa konsep jender adalah suatu konsep sosial budaya yang digunakan untuk menggambarkan peran, fungsi, dan perilaku perempuan dan laki-laki dalam masyarakat. Penggambaran konsep jender tersebut merujuk pada suatu pemahaman bahwa  identitas, peran, fungsi, pola, perilaku, kegiatan, dan persepsi tentang perempuan dan laki- laki ditentukan oleh masyarakat dan kebudayaan di mana mereka dilahirkan dan dibesarkan.  Dengan demikian penggambaran perempuan dan laki-laki berakar dalam kebudayaan dan bukan berdasarkan aspek biologis. Hal ini searah dengan Heyzer yang menyatakan, Gender is the socially constructed men ascribed to men and women. Jender dalam hal ini dimaksudkan sebagai laki-laki dan perempuan secara sosial pada unsur emosional, kejiwaan, dan aspek sosial. Dengan demikian jender mengacu pada pengertian tertentu bahwa perempuan tidak sama dengan laki-laki dalam berbagai dimensi. Ketimpangan jender mengakibatkan ruang pemisah antara peran domestik dan peran publik dimana laki-laki selalu menjadi actor utamanya.
Perbedaan antara laki-laki dan perempuan mengakibatkan terjadinya pembagian kerja sosial dalam masyarakat. Menurut Emile Durkheim dalam Veegar (1986:146) pembagian kerja diawali oleh adanya perubahan dalam diri individu melalui proses sosialisasi dan diinternalisasikan orang-orang di lingkungan tempat manusia itu dibesarkan. Internalisasi sedemikian rupa menurut Djajanegara (1995:43) melahirkan pelabelan atau stereotipe bahwa laki-laki adalah sosok yang mandiri, agresif, bersaing, memimpin, berorientasi ke luar, penegasan diri, inovasi, disiplin, tenang, aktif, analitis, obyektif, berani, tidak sentimental, dan sensasional, sedangkan perempuan adalah sosok yang tergantung, pasif, lembut, non-agresif,  tidak berdaya saing, subyektif, mengandalkan naluri, mudah menyerah, tidak berani mengambil resiko, dan emosional. Stereotipe yang dilekatkan semacam ini membangun pembedaan peran dalam pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan. Karakter yang dilabelkan pada diri perempuan berupa kerendahan hati modest” dan ketaatan ”submissive” pada laki-laki merupakan stereotype yang terekonstruksi dalam masyaakat.
Dalam pembagian kerja tradisional, perempuan ditempatkan pada peran ekspressif, domestik, reproduktif, parsial, dan sensitif, sedangkan laki- laki ditempatkan  pada  peran  instrumental, publik, produktif, dominan, dan kompetitif. Pembagian kerja ini akan bergeser dan berubah searah dengan munculnya kesadaran baru, baik secara kolektifitas mapun parsial. Kesadaran baru merupakan dasar munculnya masyarakat modern yang tidak lagi terikat dalam batasan-batasan peran, tetapi lebih berorientasi pada penghargaan hidup, kebebasan, bakat, prestasi, dan karir individu sebagai dasar masyarakat pluralistik. Setiap individu baik laki-laki maupun perempuan berhak memasuki berbagai bidang kehidupan menurut bakat dan pereferensinya masing-masing.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar