Menurut Robert Stanton, bahwa fiksi serius bermaksud menyajikan
pengalaman kemanusiaan melalui fakta-fakta, tema-tema, dan sarana-sarana
kesastraan. Untuk memahami dan menikmatinya, terkadang harus dilakukan semacam
analisis terhadap bagian-bagian tersebut dan relasi-relasinya satu sama lain. Fiksi populer sepertinya tidak berbeda,
fiksi populer juga bermaksud menyajikan pengalaman kemanusiaan. Hanya saja,
tidak diperlukan perlakuan-perlakuan khusus atau analisis-analisis untuk
memahami fiksi populer.
Novel populer adalah novel yang memiliki
masanya dan penggemarnya. khususnya kalangan remaja. Memang menampilkan masalah
aktual dan sezaman, tapi hanya permukaannya saja. Ceritanya tidak menampilkan
kehidupan secara intens dan meresap. Untuk itu, novel populer akan cepat
ketinggalan jaman. Ciri-ciri yang tampak dalam novel populer adalah tokoh-tokoh
yang kaya, tampan, cantik, dicintai, dikagumi, serta sanggup mengatasi segala
masalah dengan cepat. Unsur cerita seperti plot, tema, karakter, dan latar
dalam novel populer, biasanya bersifat stereotip, hanya begitu-begitu saja.
Tujuannya adalah memudahkan pembaca untuk menikmati cerita atau sekedar
mendapatkan hiburan. Contohnya adalah novel berjudul Ayat-Ayat Cinta karya
Habiburrahman El Shirazy. Sekilas novel itu menceritakan tentang seorang lelaki bernama Fahri yang sedang menempuh
kuliahnya di Al-Azhar. Ketika akan melakukan perjalanan menuju Masjid Abu Bakar
Ash-Shiddiq yang terletak di Shubra El-Kaima ujung utara kota Cairo, Maria
memanggil Fahri dan titip untuk dibelikan disket. Maria adalah puteri sulung
Tuan Boutros Rafael Girgis. Berasal dari keluarga besar Girgis. Sebuah keluarga
Kristen Koptik yang sangat taat.
Di dalam metro Fahri tidak
mendapatkan tempat duduk. Ia berkenalan dengan seorang pemuda mesir bernama
Ashraf yang juga seorang Muslim. Mereka bercerita tentang banyak hal. Tak lama
kemudian, ada tiga orang bule yang berkewarganegaraan Amerika (dua perempuan
dan satu laki-laki) naik ke dalam metro. Satu diantara dua perempuan itu adalah
seorang nenek yang kelihatannya sudah sangat lelah yang membutuhkan tempat
duduk. Akhirnya Aisha memberikan tempat duduknya kepada nenek tersebut.
Disinilah awal perdebatan itu
terjadi. Mereka mengeluarkan berbagai umpatan kepada Aisha dan ia pun hanya
bisa menangis. Kemudian Fahri berusaha untuk meredakan perdebatan itu. Di Mesir
Fahri tinggal bersama dengan keempat orang temannya yang juga berasal dari
Indonesia, yaitu Saiful, Rudi, Hamdi, dan Misbah. Maria adalah seorang gadis
Mesir yang manis dan baik budi pekertinya. Maria itu seorang non-muslim, namun
ia mampu menghafal surat Al-Maidah dan surah Maryam. Suatu ketika keluarga Pak
Boutros mengajak Fahri dan teman-temannya untuk makan malam di tepi sungai Nil
kebanggaan kota Mesir, Madame Nahed meminta Fahri untuk mengajak Maria berdansa
karena Maria tidak pernah mau di ajak berdansa. Fahri menolaknya dengan alasan
Maria bukan mahramnya.
Fahri juga mempunyai tetangga yang
bernama Bahadur. Ia bersikap kasar kepada siapa saja bahkan dengan istrinya
madame Syaima dan putri bungsunya Noura. Bahadur dan istrinya mempunyai tiga
orang putri, Mona, Suzanna, dan Noura. Mona dan Suzanna berkulit hitam namun
tidak halnya dengan Noura, dia berkulit putih dan berambut pirang.
Suatu malam Bahadur menyeret Noura
ke jalanan dan punggungnya penuh dengan luka cambukan. Fahri meminta bantuan
Maria. Malam itu Noura menginap di rumah keluarga Boutros. Besoknya Fahri
membawa Noura untuk menginap di rumah Nurul. Fahri dan Maria berusaha mencari
tahu siapa keluarga Noura sebenarnya. Mereka yakin Noura bukanlah anak Bahadur
dan Madame Syaima. Akhirnya benar, Noura bukanlah anak mereka. Noura yang
malang itu akhirnya bisa berkumpul bersama orang-orang yang menyayanginya.
Sekarang Fahri terfokus pada ujian yang sangat menentukan. Jika
proposalnya ditolak maka ia harus menunggu setengah tahun lagi untuk mengajukan
proposal baru.
Aisha mulai jatuh cinta pada Fahri.
Ia meminta pamannya Eqbal untuk menjodohkannya dengan Fahri.
Aisha telah mengenal Fahri dan Fahri juga telah mengenalnya. Eqbal banyak
cerita tentang keluarganya. Fahri pun telah cerita banyak pada Eqbal. Tentang
keluarganya yang miskin. Tentang bagaimana Fahri datang ke Mesir dengan menjual
sawah warisan kakek. Harta satu-satunya yang dimiliki keluarga. Tentang
awal-awal di Mesir yang penuh derita. Tak ada beasiswa. Tak ada pemasukan. Melalui bantuan Syaik Utsman, Fahri pun bersedia untuk
menikah dengan Aisha.
Kira-kira
setengah jam sebelum azan ashar berkumandang, Sarah Ali Faroughi, memberi tahu
semuanya telah siap. Fahri minta tolong pada Eqbal agar bisa melihat wajah
Aisha sebelum berangkat. Tepat
saat adzan ashar berkumandang mereka sampai di masjid tempat akad nikah akan
dilangsungkan. Sudah banyak teman-teman mahasiswa Indonesia dan mahasiswa Turki
yang sampai di sana. Aisha dan dua bibinya langsung menuju lantai dua tempat
jamaah wanita. Acara dilangsungkan di depan mihrab masjid. Syaikh Ustman,
Syaikh Prof.Dr. Abdul Ghafur Ja’far, Bapak Atdikbud, Eqbal Hakan Erbakan, Akbar
Ali dan beberapa syaikh Mesir yang diundang Syaikh Ustman duduk dengan khidmat
tepat di depan mihrab menghadap ke arah jamaah dan hadirin yang memenuhi
masjid. Rupanya saat shalat Jum’at tadi telah diumumkan akan ada acara akad
nikah antara mahasiswa Indonesia dan muslimah Turki, sehingga orang Mesir yang
ada di sekitar masjid penasaran dan masjidpun penuh. Fahri duduk di sebelah
kanan Akbar Ali.
Mendengar kabar pernikahan Fahri,
Nurul menjadi sangat kecewa. Paman dan bibinya sempat datang ke rumah Fahri
untuk memberitahu bahwa keponakannya sangat mencintai Fahri. Namun terlambat,
Fahri akan segera menikah dengan Aisha. Malang benar nasib Nurul. Fahri dan
Aisha memutuskan untuk berbulanmadu menyewa flat di pinggir sungai Nil.
Sepulang dari bulanmadunya, Fahri mendapat kejutan dari Maria dan Yousef. Maria
dan adiknya itu datang ke rumah Fahri untuk memberikan sebuah kado pernikahan.
Namun Maria tampak lebih kurus dan murung. Memang saat Fahri dan Aisha menikah,
keluarga Boutros sedang pergi berlibur. Begitu mendengar Fahri telah menjadi
milik wanita lain dan tidak lagi tinggal di flat, Maria sangan terpukul.
Kebahagiaan Fahri dan Aisha tidak
bertahan lama, karena Fahri harus menjalani hukuman di penjara atas tuduhan
pemerkosaan terhadap Noura. Fahri dibawa ke markas polisi Abbasca. Fahri
diinterogasi dan dimaki dengan kata-kata kotor. Fahri dituduh memperkosa Noura
hingga hamil hampir tiga bulan. Noura teramat luka hatinya saat Fahri
memutuskan untuk menikah dengan Aisha. Di persidangan, Noura yang tengah hamil
itu memberikan kesaksian bahwa janin yang dikandungannya adalah anak Fahri.
Pengacara Fahri tidak dapat berbuat apa-apa, karena ia belum memiliki bukti
yang kuat untuk membebaskan kliennya dari segala tuduhan. Fahri pun harus
mendekam di penjara selama beberapa minggu.
Satu-satunya saksi kunci yang dapat
meloloskan Fahri dari fitnah kejam Noura adalah Maria. Marialah yang bersama
Noura malam itu yaitu malam yang Noura sebut dalam persidangan sebagai malam di
mana Fahri memperkosanya. Maria sedang terluka lemah tak berdaya. Luka hati
karena cinta yang bertepuk sebelah tangan membuatnya jatuh sakit. Atas desakan
Aisha, Fahri pun menikahi Maria. Pernikahan itu berlangsung di rumah sakit.
Aisha berharap dengan mendengar suara dan merasakan sentuhan tangan Fahri,
Maria tersadar dari koma panjangnya. Aisha berharap agar harapannya menjadi
kenyataan.
Akhirnya Maria dapat membuka matanya
dan bersedia untuk memberikan kesaksian di persidangan. Fahri pun terbebas dari
tuduhan Noura. Dengan kata lain, Fahri dapat meninggalkan penjara yang
mengerikan itu. Takbir bergemuruh di ruang pengadilan itu dilantunkan oleh
semua orang yang membela dan simpati pada Fahri. Seketika Fahri sujud syukur
kepada Allah Swt. Aisha memeluk Fahri dengan tangis bahagia tiada terkira.
Paman Eqbal dan Bibi Sarah tidak mampu membendung airmatanya. Syaikh Ahmad dan
Ummu Aiman juga sama. Satu persatu orang Indonesia yang ada di dalam ruangan
itu memberi selamat dengan wajah baru.
Noura menyesal atas perbuatan yang
dilakukannya. Dengan jiwa besar Fahri
memaafkan Noura. Terungkaplah bahwa ayah dari bayi dalam kandungan Noura adalah
Bahadur. Fahri, Aisha, dan Maria mampu menjalani rumah tangga mereka dengan
baik. Aisha menganggap Maria sebagai adiknya, demikian pula Maria yang
menghormati Aisha selayaknya seorang kakak.
Maria tiba-tiba ingin masuk surga.
Akhirnya Fahri membantu Maria dengan cara mengambilkan air untuk berwudlu.
Dengan sekuat tenaga Fahri membopong Maria yang kurus kering itu menuju kamar
mandi. Aisha juga membantu membawakan tiang infus. Dengan tetap dibopong oleh
Fahri, Maria diwudhui oleh Aisha. Setelah selesai, Maria kembali dibaringkan di
atas kasur seperti semula. Lalu dengan suara lirih yang keluar dari relung jiwa
ia mengucapkan syahadat. Ia tetap tersenyum. Perlahan pandangan matanya redup.
Tak lama kemudian kedua matanya yang bening itu tertutup rapat.
Fahri memegang tangannya dan denyut
nadinya telah berhenti. Tidak ada yang menduga jika maut akhirnya merenggut
Maria. Maria menghadap Tuhan dengan menyungging senyum di bibir. Wajahnya
bersih seakan diselimuti cahaya. Kata-kata yang tadi diucapkannya denagn bibir
bergetar itu kembali terngiang ditelinga Fahri. Namun Maria sangat beruntung
karena sebelum ajal menjemputnya, ia telah menjadi seorang mu’alaf dengan bantuan
Fahri dan Aisha.
Novel
tersebut lebih mudah dipahami, karena karakter tokoh digambarkan dengan jelas,
selain itu novel Ayat-Ayat Cinta ini juga tidak menyulitkan kita untuk
mengetahui inti dari permasalahan, novel ini sedikit berlebihan karena tokoh
utama dicintai oleh banyak gadis sehingga dia menjadi rebutan para gadis. Novel
Ayat-ayat cinta ini hanya populer di masanya, seperti yang kita lihat saat ini
novel Ayat-ayat Cinta telah jarang dibicarakan karena adanya karya-karya
Habiburrahman yang baru dan membuat pembaca beralih membaca novel terbaru
beliau seperti novel Bumi Cinta yang sedang best seller di toko buku.
Lain
halnya dengan fiksi serius. Fiksi serius
mengajak pembaca untuk menafsirkan dengan bekal intelektualnya. Untuk
membaca fiksi serius diperlukan kemauan dan daya konsentrasi yang tinggi.
Pengalaman kehidupan dihayati hingga menemukan nilai-nilai yang universal.
Selain, memberikan pengalaman yang berharga, fiksi serius mengajak pembaca
untuk merenungkan dan meresapi permasalahan secara sungguh-sungguh. Contohnya
roman berjudul Belenggu karya Armijn Pane yang saya kategorikan sebagai fiksi
serius karena roman ini sedikit sulit dimengerti, dari penggunaan bahasanya,
Armijn Pane menggunakan sebagian bahasa melayu. Permasalah pada roman tersebut
juga sering berubah-ubah membuat pembaca sedikit kesulitan mengartikan pokok
permasalahannya, cara mengarang beliau juga sedikit sugestif. Roman ini sering
digunakan untuk penelitian sastra, sesuai dengan ciri-ciri fiksi serius yang
mengharuskan kita benar-benar konsentrasi pada bahan bacaan yang sedang dibaca.
Berikut sinopsis Roman Belenggu.
Sukartono
menikah dengan seorang yang cantik dan cerdas bernama Sumartini. Sebenarnya
keduanya tidak saling mencintai, karena memiliki kepentingan masing-masing,
akhirnya keduanya sepakat untuk menikah. Sukartono merasa bahwa Sumartini
adalah orang yang cocok untuk mendampingi hidupnya. Dia menikahi Sumartini
karena kecantikan dan kepandaianya. Sumartini menikahi Sukartono dengan alasan
dia ingin melupakan masa lalunya. Tak lama setelah membina rumah tangga,
ternyata kehidupan mereka tidak harmonis. Mereka sering bertengkar dan cekcok,
bahkan saling diam tanpa komunikasi. Sukartono adalah seorang dokter yang
menjunjung tinggi pekerjaanya. Dia bekerja disiplin tanpa kenal lelah demi
pasienya. Dia juga seorang dokter yang dermawan karena sering membebaskan
bayaran bagi pasienya yang tidak mampu. Ternyata pengabdian Sukartono pada
pekerjaanya telah membuat dia lupa pada kehidupan rumah tangganya. Sumartini
merasa diabaikan dan beranggapan bahwa suaminya lebih mencintai pekerjaan
daripada dirinya, seakan tidak pernah ada waktu komunikasi dalam rumah tangga.
Hari-hari mereka sering dilalui dengan pertengkaran. Sukartini merasa tidak
memiliki hak di hadapan Sukartono. Itulah yang memicu pertengakaran di antara
mereka, sepertinya tiada hari yang dilalui tanpa pertengkaran.
Waktu
pun berlalu, suatu hari Sukartono menerima telpon bahwa ada seorang pasien yang
sakit keras. Dia lalu diminta menemui pasienya di suatu hotel. Sukartono pun
memenuhi panggilan pasien tersebut. Setelah sampai di hotel, Sukartono kaget
bahwa pasienya adalah Rohayah yang merupakan teman sekolah dan sahabat masa
kecilnya. Rohayah menceritakan bahwa dia dipaksa kawin oleh orang tuanya. Dia
tidak cocok hidup dengan suaminya.
Akhirnya
dia pindah ke Jakarta dan memutuskan menjadi janda. Sebenarnya Rohayah secara
diam-diam telah jatuh hati pada Sukartono. Itulah yang membuatnya mencari
keberadaan Sukartono. Setelah bertemu, Rohayah kemudian melancarkan seranganya
dengan memberikan rayuan-rayuan dan pujian kepada Sukartono. Semula Sukartono
tidak terpengaruh dengan rayuan Rohayah. Tetapi setelah dirayu terus-menerus
akhirnya dia jatuh juga pada rayuan Rohayah. Sukartono merasa bahwa dengan
Rohayah dia bisa menemukan ketenangan hatinya yang tidak bisa dia peroleh
bersama Sumartini.
Keharmonisan hubungan Sukartono dengan Rohayah akhirnya tercium juga oleh Sumartini. Dia marah dan jengkel, kemudian pergi ke hotel tempat Rohayah menginap untuk memberikan caci maki dan menumpahkan amarahnya.
Keharmonisan hubungan Sukartono dengan Rohayah akhirnya tercium juga oleh Sumartini. Dia marah dan jengkel, kemudian pergi ke hotel tempat Rohayah menginap untuk memberikan caci maki dan menumpahkan amarahnya.
Setibanya
di hotel, perasaan marah Sumartini luluh juga oleh kelembutan hati dan
keramahan Rohayah. Setelah pulang dari hotel tempat Rohayah menginap, Sukartini
berintrospeksi diri. Dia merasa telah berlaku kasar pada suaminya dan tidak
bisa memberikan rasa kasih sayang seperti yang diinginkan suaminya. Dia lalu
memutuskan untuk berpisah dengan Sukartono.
Pada
mulanya Sukartono tidak mengijinkan keputusan Sumartini, bahkan dia juga akan
berusaha mengubah hidupnya untuk lebih perhatian pada Sumartini, tetapi karena
kebulatan tekad Sumartini, akhirnya Sukartono tak kuasa juga untuk mencegahnya,
mereka pun secara resmi berpisah. Hati Sukartono pun gundah. Dia merasa sedih
dengan perceraian tersebut. Penderitaanya bertambah ketika mengetahui bahwa
Rohayah telah pindah dan meninggalakan sebuah surat yang menyatakan perasaanya
pada Sukartono.
Pada
akhirnya Sukartono mengabdikan diri pada sebuah panti asuhan. Di tempat
tersebut dia merasa mendapatkan ketenangan batinya karena bisa membantu orang
lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar