Disudut
jalan aku melihatnya duduk termenung sambil memegang perutnya yang keroncongan.
Hatiku tersentuh untuk menolongnya tapi saat itu aku ada latihan. Terkadang ku
berfikir mengapa yang kecil selalu dilecehkan ?, sedangkan yang kaya malah
diistimewakan. Sesampai di tempat latihan fikiranku galau, aku masih memikirkan
anak jalanan yang tadi.
“kamu
kenapa, kamu sakit yah?“ tanya anty teman karateku
“oh
aku tidak apa-apa“ jawabku
“tapi
kamu kelihatan resah?“
“aku
baik-baik aja kok “
Esoknya
aku menemui anak jalanan itu dan ku bawa ke warung untuk makan siang. Aku
melihat kegembiraan di wajahnya, aku berkata dalam hati andaikan aku punya adik
tidak akan kubiarkan menderita. Aneh,,,ke mana sebenarnya orang tua anak ini ?
kok,,dia tidak bertanggung jawab?
“adik,
orang tua mu ke mana?“ kataku kepada anak jalanan itu.
“Oh...dia
udah lama pergi kak, waktu itu aku lagi tidur di koridor eh tau-taunya dia
ninggalin aku“
“adik,
kamu tidak takut sendiri?“
“takut
sih kak tapi, itu kan udah takdir“
Aku kagum melihat anak ini walaupun dia
sendiri tapi dia tetap memiliki semangat hidup, padahal dia masih kecil.
Temanku saja yang sudah dewasa sudah sering mencoba kabur dari rumah karena tidak
tahan akan cobaan dari Allah. Dunia sudah terbalik.
Selesai
makan aku membawa anak itu ke rumah, orang tuaku senang melihat anak itu.
“aisyah,
jadi ini anak yang selalu kamu cerita ke ibu?“
“iya
ibu, namanya Abhi, ibunya sudah lama pergi“
“ibunya
ke mana?“
“entahlah
bu, mungkin dia tidak bisa membiayai anaknya lagi“
“astaga
tega yah ibunya“
“itulah
bu, kalau bukan kita yang menolongnya siapa lagi“
Aku dan ibuku berencana ingin mengambil
anak itu sebagai anak angkat di rumah ini. Tapi Abhi ( anak jalanan ) itu tidak
menyetujui. Dia lebih suka hidup di jalanan, apalagi dia merasa tidak adil
karena masih banyak anak jalanan di luar sana yang tidak mendapat pertolongan
dari dermawan. Aku makin sayang kepadanya, ternyata walaupun dia lagi kesusahan
tapi dia masih sempat memikirkan nasib teman-temannya.
“ya
udah, kalau kamu tidak mau tinggal sama kakak tidak apa-apa kok. Tapi, kakak masih
bisa kan main sama kamu?“ kataku dengan sedikit perasaan sedih.
“iya
kak, bukannya aku menolak niat baik kakak tapi aku Cuma tidak mau dibilang egois. Kalau aku menerima tawaran
kakak ntar apa kata teman-temanku “
“tidak
apa-apa kok dik, kakak ngerti, tapi kamu harus jaga diri yah“
“siap
kakakku, aku kan superman jadi bisa dong jaga diri“ jawabnya sambil tertawa
Hatiku lega melihat anak ini tertawa. Setelah
ngobrol panjang lebar Abhi pun pulang. Aku janji dengan dia setiap pulang
kuliah aku pasti ke tempatnya bermain. Betapa bahagia raut wajahnya mendengar
janjiku itu.
“terima
kasih kak karena kakak adalah orang pertama yang menghargai aku, walaupun aku
seorang anak jalanan. Aku yakin pasti kakak adalah malaikat yang di kirim Allah
buat menolongku dan mengabulkan semua doa-doaku.
“kakak
selalu ada buat kamu adikku malang“
Di kampus aku
menceritakan hal ini ke sahabatku. Dia turut prihatin mendengar ceritaku
sekaligus kagum, karena ternyata masih ada orang yang seperti Abhi, walaupun
dia kesusahan tapi masih memikirkan nasib temannya. Kita semua kan tahu kalau
sekarang zaman sudah modern,sebagian orang hidup secara individualisme. Tapi
nyatanya masih ada yang hidup gotong-royong.
“Tuhan
sungguh adil karena telah mengirimmu untuk menolong anak itu, kau adalah
malaikat aisyah“ puji asma
“udah
deh asma, tidak usah lebay“
“aku
memujimu sist, kok gak senang sih“
“kamu
tahu kan kalau aku dipuji aku langsung pengen ditraktir“
“ih
payah kamu, maunya kamu yang traktir aku“
“maunya,
ngarep“
Kami
tertawa bareng sambil mengejek-ejek. Sore ini kami rencana pengen ke tempat
Abhi, sebelum ke sana kami ke perpustakaan dulu. Malaikat kan harus kerja tugas
juga. Aku mengingatkan Asma untuk beli makanan sebelum ke tempat Abhi. Bagusnya
beli apa yah ?, sementara berfikir aku gangguin Asma yang lagi serius kerja
tugas.
“apaan
sih ? ganggu deh“ kata Asma sambil melotot
“kamu
cantik juga kalau lagi kerja tugas“
“gombal,
bilang saja kalau mau dikerjain tugasnya“
“menurut
kamu makanan apa yang bagus untuk menu kita nanti?“
“sok
kamu, bicara menu lagi !, bagusnya kita beli bakso saja“
“bagus
juga ide mu, kebetulan aku lagi pengen makan bakso“
Pulang
dari perpustakaan aku dan Asma langsung beli bakso. Sampainya di pinggir jalan
aku memanggil Abhi, pas di tengah jalan ada mobil dengan kecepatan tinggi
langsung menabrak Abhi.
Abhiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii
Aku
mendekati Abhi, badannya penuh dengan darah. Aku membawanya ke rumah sakit,
sesampainya di sana Abhi tidak dapat tertolong lagi. Hatiku hancur, adik yang
selama ini kusayang telah pergi. Mengapa tuhan begitu cepat mengambilnya? apa
karena dia terlalu baik? Abhiku sayang walaupun kamu telah pergi tapi kakak
akan selalu mengingatmu. Setiap lebaran idul filtri dan idul adha aku
sekeluarga menziarahi kuburan Abhi. Entah mengapa saat aku berada di kuburan
Abhi, aku selalu merasa kehilangan. Ternyata cinta itu tidak hanya buat orang tua,
kekasih dan sahabat tapi cinta juga bisa diberikan kepada anak jalanan,
bergantung pada karakter seseorang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar